Senin, 26 Maret 2012

KEKUATAN SHOLAT MALAM

Sudah banyak buku yang membahas tentang hikmah dan kekuatan sholat malam, berdasarkan dalil Qur’an, Hadist dan pendapat para ulama salaf. Pada tulisan ini saya ingin menyampaikan hikmah dan kekuatan sholat malam berdasarkan pengalaman saya mengerjakan sholat malam selama beberpa tahun kemudian berhenti selama beberapa tahun dan kembali mengerjakannya lagi .
Perintah mengerjakan sholat malam sangat banyak kita temui dalam Al Qur’an. Antara lain pada surat Al Israak ayat 78 dan 79 :
78- Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
79- Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. ( Al Israak 78-79)
Bisa juga kita temui pada S al Muzzammil ayat 1- 9, Al Insan 25-26, Az-Zumar 9 dan lain sebagainya. Rasulullah tidak pernah meninggalkan mengerjakan sholat malam selama hidupnya. Sholat malam adalah salah satu senjata utama orang mukmin dalam menghadapi berbagai masalah didunia ini. Namun sangat disayangkan sedikit sekali umat Islam yang sanggup mengerjakan nya secara rutin setiap hari sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah.
Saya mulai tertarik untuk mengerjakan sholat malam ini ketika masih duduk dikelas 2 STM tahun 1969. Tekanan hidup dan kesulitan ekonomi membawa saya untuk menekuni sholat malam, saya berharap Allah akan menolong saya mengatasi berbagai masalah yang saya hadapi. Saya mulai sholat malam dalam keadaan masih buta huruf Al Qur’an alias belum bisa baca qur’an. Hafalan saya hanya Al Fatihah dan 3 surat pendek Al Ikhlas, Al Falaq dan An Nass. Saya lakukan sholat malam seperti melakukan sholat taraweh, yaitu 2 rakaat kali empat ditambah 3 Raka’at sholat witir.
Keadaan saya ketika itu sangat sulit, uang sekolah tidak pernah saya bayar tepat waktu. Saya selalu menunggak uang sekolah sampai 2 atau 3 bulan. Uang transport dan jajan yang diberikan ayah juga pas pasan bahkan kadangkala kurang dari cukup. Pernah satu ketika saya kehabisan ongkos hingga terpaksa pulang jalan kaki dari sekolah saya di Kampung Bali Tanah Abang kerumah saya di kampung Pecandran, kira kira dibelakang Wisma Mandala jalan Gatot Subroto sekarang.
Untuk menghemat biaya trasport saya menumpang dirumah teman sekelas saya Aliyusmardi di daerah Jatibunder sehingga bisa kesekolah dikampung Bali dengan jalan kaki. Disamping rumah teman saya ada sebuah Musholah. Orang tua teman saya bapak Murad memang sebagai pengurus Musholah itu. Tiap hari saya bangun sekitar jam 3.30 mengerjakan sholat malam, kemudian memompa air untuk keperluan musholah dan memasang tikar dimusholah untuk sholat subuh.
Saya sering menangis malam hari mengadukan keadaan saya pada Allah , saya cemas akan masa depan saya. Apalagi setamat STM pertengahan tahun 1970 saya tidak bisa langsung bekerja, Ijazah saya ditahan sekolah karena saya belum melunasi uang sekolah selama 6 bulan. Orang tua saya tidak mampu membayar uang sekolah sekaligus 6 bulan. Saya bingung, saya hanya mengadukan semua ini pada Allah dimalam hari.
Selama belum bekerja saya tetap tinggal dirumah teman saya, dan saya mulai belajar membaca Al Qur’an secara autodidak serta tanya sana sini dengan teman yang lebih pandai. Alhamdulilah dalam tempo 3 bulan saya sudah bisa membaca Al Qur’an. Disamping mengerjakan sholat malam saya sering mengerjakan puasa senin–kamis kadang kadang saya juga puasa nabi Daud, sehari puasa dan sehari berbuka. Sedihnya ketika mau berbuka saya tidak punya uang untuk membeli makanan, sehingga saya hanya minum air putih dan terus lapar sampai besok hari. Saya terus melakukan sholat malam dan mohon agar Allah memberi saya pekerjan yang sesuai. Ditengah kebuntuan dan rasa putus asa saya berdo’a: ”Ya Allah, jika Engkau betul betul Tuhan penguasa alam semesta yang menjadikan langit dan bumi yang Maha Kuat dan maha kaya, beri hamba pekerjaan yang sesuai sebagai sumber penghidupan bagi hamba”.
Untuk menambah pengetahuan agama saya perlu banyak membaca buku, namun saya tidak punya uang untuk membeli buku. Saya sering numpang membaca buku di toko buku LT 6 Gedung Sarinah. Sampai satu ketika saya diperkenalkan dengan teman ayah H Adam Yusuf pemilik toko buku Fa Yusri di pasar Mayestik. Ia mempersilahkan saya meminjam buku yang saya minati ditokonya asal dijaga baik baik. Setelah selesai membaca buku itu bisa dikembalikan lagi ketokonya.
Saya sering bertukar fikiran masalah agama dengan teman teman ayah saya seperti H Adam Yusuf (alm), H Marzali Ibrahim (alm) bapak Darsyaf Rahman (alm) dan lain lain. Saya sering bertukar fikiran dengan orang yang sebaya ayah saya. Saya ingin punya teman yang sebaya atau sedikit lebih tua dari saya. Naluri saya mengatakan bahwa saya akan mendapatkan teman seperti yang saya inginkan itu. Tahun 1971 saya bekernalan dengan Masjon 13 tahun lebih tua dari saya. Ia mempunyai satu ruang khusus yang penuh dengan buku. Saya diizinkan menetap dirumahnya. Semua buku yang dimiliki saya baca dengan antusias. Masjon juga meminta saya untuk mengajar Al Qur’an bagi adik adiknya.
Sejak itu saya mulai mengajar membaca Qur’an dan ceramah agama dari rumah kerumah pada beberapa keluarga orang Silungkang di Jakarta. Ekonomi saya mulai membaik, dari honor mengajar saya bisa mendapatkan sampai Rp 24.000 per bulan. Harga emas ketika itu Rp 500 pergram. Kalau dibandingkan dengan nilai uang sekarang bisa dibayangkan penghasilan saya ketika itu cukup besar setara dengan 48 gram emas perbulan. Demikianlah Allah telah menjawab do’a yang sering saya panjatkan setiap sholat malam. Allah memberi saya pekerjaan mengajar agama dari rumah kerumah dengan penghasilan yang cukup lumayan ketika itu.
Sejak tahun 1972 saya menetap dimasjid Al Falah pasar Bendungan Hilir sambil mengajar agama dari rumah kerumah saya ikut mengurus kegiatan di masjid Al Falah seperti kegiatan Kuliah subuh setiap hari, membantu mengurus Khatib Jum’at, mengurus pengajian bulan Ramadhan dan lain sebagainya. Selama tinggal di Masjid Al Falah saya juga tetap melakukan sholat malam setiap hari. Bangun jam 3.30 terus sholat malam 2 rakaat kali empat, tambah witir 3 raka’at total semuanya 11 Raka’at. Hafalan ayat Qur’an juga sudah bertambah banyak.
Namun demikian tetap ada hal yang mengganjal dihati saya. Apakah saya bisa hidup layak seperti orang lain, punya rumah, kendaraan sendiri, berkeluarga punya istri dan anak anak. Dengan pekerjaan hanya mengajar mengaji seperti ini kiranya hal itu tidak mungkin saya dapat. Apalagi saya tidak memiliki dasar pendidikan formal dibidang agama, ilmu saya terbatas . Saya harus bekerja sesuai pendidikan formal saya yaitu STM Elektro. Saya tidak tahu bagaimana bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik. Ijazah STM saya sudah saya tebus dengan melunasi uang sekolah yang tertunggak selama 6 bulan. Akhir Tahun 1973 saya mulai melamar kerja kesana kemari dengan modal ijazah STM jurusan elektro yang saya miliki. Sampai akhirnya saya diterima bekerja di PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang pada tahun 1974. Saya ditugaskan di PLN Cabang Gambir di bagian perencanaan.
Selama tinggal di Masjid Al Falah Jl Bendungan Hilir dan bekerja di PLN saya tetap rutin mengerjakan sholat malam. Hingga saya berumah tangga tahun 1978 dan keluar dari masjid Al Falah mengontrak rumah sendiri di gg Taqwa Tanah Abang. Tahun 1979 saya ditugaskan melanjutkan pendidikan di LPPU-ITB Bandung selama 3,5 tahun. Setelah saya kembali ke Jakarta pada tahun 1982 saya mulai sibuk dengan tugas rutin di PLN. Saya tidak sanggup lagi mengerjakan sholat malam secara rutin.
Tahun 1982 saya sudah punya rumah sendiri di perumahan Bintara III kelurahan Bintara Jaya bekasi barat . Sholat malam sudah jarang saya lakukan. Kalau saya lakukan sholat malam, siangnya dikantor jadi ngantuk. Sejak itu saya hanya sholat malam kalau ada kasus atau masalah yang perlu saya atasi dengan segera. Apa yang saya inginkan dengan sholat malam secara rutin sudah saya dapatkan. Istri, anak anak, rumah sendiri, kendaraan, penghasilan bulanan yang cukup dan lain sebagainya.
Tahun 2001 memasuki usia 50 tahun timbul rasa prihatin yang mendalam dalam diri saya, sudah 20 tahun lamanya saya meninggalkan sholat malam yang dahulu ketika masih muda saya lakukan secara rutin setiap hari. Beberapa kali saya coba mengerjakan sholat malam itu , namun baru melakukan 2 atau 3 hari sudah putus lagi untuk beberapa lama. Perlu motivasi yang kuat untuk sanggup melakukan sholat malam setiap hari. Ketika masih muda dahulu tekanan ekonomi dan kesulitan hidup mendorong saya untuk mengerjakan sholat malam setiap hari dengan harapan untuk dapat memperbaiki taraf hidup dan ekonomi. Lebih 10 tahun saya melakukan sholat malam setiap hari, namun setelah apa yang saya inginkan saya dapat, semangat saya untuk melakukan sholat malam mulai luntur. Saya jarang melakukan sholat malam. Saya hanya melakukan sholat malam untuk mengatasi kasus atau masalah yang saya hadapi.
Saya perlu memiliki motivasi yang kuat yang mampu mendorong saya untuk melakukan sholat malam setiap hari. Tahun 2001 saya merenung, usia saya sudah memasuki 50 tahun, 6 tahun lagi memasuki masa pensiun. Saya tidak tahu berapa tahun lagi saya hidup didunia ini. Saya ingin membawa bekal yang cukup untuk perjalan hidup di alam barzakh dan akhirat kelak. Ketika muda dahulu saya sanggup mengerjakan sholat malam setiap hari, mengapa dihari tua , disaat sudah dekat liang kubur justru saya meninggalkan sholat malam? Saya betul betul prihatin. Keprihatinan ini menjadi pendorong yang kuat bagi saya untuk kembali melakukan sholat malam.
April 2001 saya bertekad untuk mulai mengerjakan sholat malam lagi. Saya harus mengerjakan sholat malam setiap hari selama 40 hari tidak boleh terputus seharipun. Jika pada hari ke 38 terputus maka saya harus mengulang kembali dari awal. Kalau selama ini baru mengerjakan 3 atau 4 hari saya sudah terputus, maka kali ini Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan selama 40 hari berturut turut. Demikian terus saya lakukan hingga 3 kali 40 hari. Alhamdulillah saya bisa melakukan 120 hari berturut turut tanpa terputus. Anehnya rasa kantuk pada siang hari yang dulu pernah menjadi penghalang bagi saya untuk melakukan sholat malam sekarang tidak muncul lagi. Saya bangun setiap hari jam 3.30, terus melakukan sholat malam, setelah azan subuh terus ke masjid melakukan sholat subuh berjama’ah. Pulang dari masjid membaca Qur’an, nonton berita TV, senam aerobik , istirahat, mandi dan jam 7.00 berangkat kerja. Alhamdulillah kegiatan tersebut bisa terus saya lakukan sampai saya memasuki masa pensiun tahun 2006.
Demikianlah saya pernah melakukan sholat malam selama 10 tahun kemudian berhenti selama 20 tahun dan sekarang saya sudah melakukannya kembali sejak 7 tahun yang lalu. Mudah mudahan saya tetap bisa melaksanakan sholat malam sampai akhir hayat, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah. Perlu motivasi yang kuat untuk sanggup mengerjakan sholat malam secara rutin. Motivasi kebutuhan dunia ternyata tidak cukup kuat untuk mendorong kita melakukan sholat malam secara rutin. Motivasi kehidupan akhirat dan keinginan untuk dekat dengan Allah , itulah motivasi yang paling kuat. Lakukanlah sholat malam karena ingin mencari keredhaan Allah dan selalu dekat dengan –Nya.
Dari pengalaman saya mengerjakan sholat malam selama sekian tahun ada beberpa keuntungan yang dimiliki orang yang sanggup mengerjakan sholat malam setiap hari secara rutin antara lain:
  1. Memiliki intuisi atau firasat yang tajam
  2. Mendapat kemudahan dalam menghadapi berbagai masalah dan problem
  3. Optimis menghadapi berbagai masalah yang menghadang
  4. Sholat diakhir malam menimbulkan rasa nyaman dan aman
  5. Merasa selalu dekat dengan Allah
  6. Terhindar dari perasaan tertekan dan stres berkepanjangan
  7. Mendapat bimbingan dan petunjuk menghadapi berbagai masalah, yang biasanya muncul ketika sedang duduk istirahat dan berdo’a disela sela sholat malam
  8. Dicukupkan Allah semua hajat kebutuhannya dan mendapat rezeki yang tidak pernah terputus
  9. Mendapat pertolongan dan kemudahan dari tempat yang tidak pernah diduga
  10. Meningkatkan kecerdasan spiritual

Tidak ada komentar:

Posting Komentar